Senin, 30 Juni 2014

REVOLUSI MENTAL UNTUK DEGRADASI MORAL




Pemilihan presiden akan diadakan beberapa hari yang akan datang. Denyutnya pun sudah dapat kita rasakan bahkan sejak beberapa bulan yang lalu.
Para calon presiden mulai melakukan pencitraan dan ramah-tamah sefektif mungkin, serta yang pasti mereka sudah menyiapkan ancang-ancang untuk menjerat rival politiknya. Masyarakat pun sudah mulai menentukan pilihannya, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian kecil yang masih bingung serta menimbang-nimbang siapa kiranya yang patut diberikan kepercayaan untuk memimpin tanah air kita ini.
Saya adalah pemilih pemula, baru saja memperoleh Kartu Tanda Penduduk dan sekarang langsung mendapatkan hak untuk memilih. Tentu saja saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut karena saya tahu, satu suara kita sama artinya dengan satu harapan kita demi Indonesia yang lebih baik lagi.
Pertarungan Pilpres yang sekarang bisa dikatakan sebagai pertarungan sejarah lampau dan sejarah baru. Jokowi dan Prabowo, dilihat sepintas memang memiliki tipikal yang berbeda soal gaya kepemimpinan. Jokowi dengan blusukannya sehingga terkesan lebih merakyat dan menggambarkan konteks kekinian, serta Prabowo dengan gaya militernya yang tegas sehingga cenderung mencerminkan kekuatan yang ada pada masa lampau.
Sederhana saja, sebagai anak muda tentu saya akan lebih memilih capres yang sudah terbukti memiliki kinerja yang optimal dan tidak terkesan omdo (omong doang). Saya lihat, Jokowi adalah sosok pemimpin yang ideal bagi Indonesia nantinya. Selain sederhana dan bersahaja, Jokowi juga mau terjun langsung ke masyarakat untuk menampung aspirasi rakyat. Ya, dengan hal ini saya kira Jokowi akan selalu up to date mengenai permasalahan rakyatnya. Sebagai contoh saja saat menjadi walikota Solo, Jokowi mengadakan berkali-kali pertemuan dengan para PKL dan bernegosiasi sehingga mereka bersedia untuk dipindahkan. Waste of time? I’m sure not! This is a building trust! Jika banyak orang yang menganggap itu sebuah pencitraan dikarenakan banyak media yang meliputnya, itu sah-sah saja. Toh, pendapat orang berbeda-beda. Tapi bagi saya terlepas dari pencitraan atau tidak, Jokowi sudah mampu menunjukkan kinerjanya.
Saya masih mengingat tentang salah satu program besar yang pernah diungkapkan oleh Jokowi yakni, revolusi mental. Singkat cerita, sebagai pemilih pemula saya begitu tertarik dengan program revolusi mental besutan Jokowi ini. Revolusi mental lebih ditekankan pada sektor pendidikan. Sebagai calon guru, sudah seharusnya saya setuju 100% terhadap program ini mengingat saat ini Sumber Daya Manusia di Indonesia tengah mengalami kebobrokan mental. Sebagai bukti, lihat saja kondisi pendidikan Indonesia yang benar-benar memprihatinkan beberapa tahun terakhir ini. Pendidikan Indonesia menjadi tercoreng akibat maraknya kasus kekerasan serta pelecehan seksual.
Mengapa revolusi mental? Beberapa pihak yang pro terhadap capres lain tengah mengirimkan cibiran yang dialamatkan kepada program revolusi mental itu. Ada yang mengatakan bahwa program ini adalah cikal bakal yang pernah digunakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Sekedar menegaskan bahwa ada hal yang belum mereka sadari, Indonesia tengah dilanda demoralisasi alias kebobrokan mental. Untuk itu, kata-kata yang tepat untuk memperbaikinya adalah revolusi mental. Jika kita mampu berpikir obyektif dan tidak ada kebencian yang dilandasi oleh kepentingan politik, kita akan sepakat bahwa kebobrokan mental serta moral di negeri ini sudah sedemikian parah.
Menurut Jokowi, revolusi mental akan efektif bila diawali dari jenjang sekolah, terutama pendidikan dasar. Sepakat! Siswa memang sudah seharusnya mendapat pendidikan berkarakter, pendidikan budi pekerti serta pendidikan beretika. Bukan melulu tentang ilmu pengetahuan seperti matematika dan sains. Tidakkah kita menyadari bahwa pendidikan Indonesia masih terlalu sibuk mentransfer ilmu tanpa memperhatikan etika, serta moralitas sebagai fondasi untuk hidupnya? Ya, hingga saat ini pendidikan Indonesia memang masih mementingkan kuantitas daripada kualitas. Pendidikan Indonesia juga masih menjadikan angka sebagai tolok ukur keberhasilannya. Apa gunanya mendapatkan angka sempurna pada hasil belajar tapi tidak diimbangi dengan moral yang bagus?
Saat ini, peningkatan Sumber Daya Manusia merupakan kebutuhan yang mutlak mengingat persaingan serta perkembangan dunia yang begitu pesat. Tanpa revolusi mental, tanpa adanya penanaman pendidikan berkarakter sejak kecil, saya rasa akan sulit membangun sebuah SDM yang berkompeten, berdaya saing, dan produktif. Program Revolusi Mental oleh Jokowi ini terkesan lebih realistis. Selain dapat mengatasi degradasi moral, kedepannya juga bagus untuk membangun generasi penerus bangsa yang intelektual dan beretika. Sehingga akan tercipta generasi muda yang pandai, namun tidak melompong karena mereka juga dibekali dengan pendidikan moral.
Jokowi berjuang dari bawah. Sikap serta tindakan politiknya yang sederhana, dan tulus memperlihatkan bahwa ia begitu berkomitmen untuk melayani rakyat. Salam dua jari.

Sumber: http://siperubahan.com/read/1011/Revolusi-Mental-untuk-Degradasi-Moral

Tidak ada komentar:

Posting Komentar