Kalau kamu bertanya seberapa besar kesalahanku, dengan mudah aku dapat
menjawabnya. Aku bisa menyebutkan semua kesalahan-kesalahanku. Ya,
karena kamu yang dengan tegas menyalahkanku dan aku, dengan derai air mataku, mengakui segala kesalahanku. Tapi kamu? Kamu berbeda. Kamu tidak akan pernah bisa menjawabnya kaena kamu tidak menyadarinya. Jangankan untuk menyadarinya, bahkan kamu tidak ingin mengetahuinya. Seolah-olah semua yang kamu lakukan selama ini adalah yang terbaik. Tidakkah kamu menyadari bahwa terkadang aku menitikkan air mata saat menyebutmu dalam doa kecilku? Tidak, kamu tidak perlu tau sebenarnya. Karena saat kamu tau pun, kamu tidak akan peduli. Ya, sekalipun kamu tidak pernah mempedulikan rasa takut kehilanganku yang biasa aku tuangkan pada media sosial yang aku miliki. Mungkin bagimu itu kampungan, tapi bagiku itu adalah sebuah ketulusan. Apa kamu tidak pernah memikirkan bagaimana aku berjuang mempertahankan hubungan ini? Sedangkan kamu hanya sibuk merindukan orang yang seharusnya kamu lupakan? Oke, dia yang merupakan bagian dari masa lalumu adalah seseorang yang begitu berjasa bagi kehidupanmu yang sekarang. Mungkin dia adalah sosok yang anggun, baik, dapat merubahmu menjadi dewasa, dan masih banyak yang lainnya. Tapi, apa perlu kamu mengingatnya setiap saat dan berharap dia kembali? Lalu, apa gunanya aku? Sayang, kamu adalah apa yang aku tulis. Tapi aku, aku bukan yang kamu baca, bukan pula yang kamu tulis. Sepertinya, kamu hanya menganggapku sebagai koran bekas yang sudah tidak menginspirasi lagi. Hanya berguna jika dijual, diloakkan. Sayang, semua perjuanganku akan berakhir dengan kata “sia-sia” jika kamu tidak mengapresiasinya. Aku selalu berusaha untuk tetap tinggal, mencoba memulihkan seluruh kepercayaanmu, agar aku terlihat kembali berharga dimatamu. Tapi semua sikapmu yang seolah acuh dan tidak peduli, seakan mendorongku untuk melawan arus niatku. Semoga usahaku untuk bertahan suatu saat akan terlihat oleh matamu, dan kamu akan menyadari siapa yang sebenarnya mau berjuang untukmu :’)
karena kamu yang dengan tegas menyalahkanku dan aku, dengan derai air mataku, mengakui segala kesalahanku. Tapi kamu? Kamu berbeda. Kamu tidak akan pernah bisa menjawabnya kaena kamu tidak menyadarinya. Jangankan untuk menyadarinya, bahkan kamu tidak ingin mengetahuinya. Seolah-olah semua yang kamu lakukan selama ini adalah yang terbaik. Tidakkah kamu menyadari bahwa terkadang aku menitikkan air mata saat menyebutmu dalam doa kecilku? Tidak, kamu tidak perlu tau sebenarnya. Karena saat kamu tau pun, kamu tidak akan peduli. Ya, sekalipun kamu tidak pernah mempedulikan rasa takut kehilanganku yang biasa aku tuangkan pada media sosial yang aku miliki. Mungkin bagimu itu kampungan, tapi bagiku itu adalah sebuah ketulusan. Apa kamu tidak pernah memikirkan bagaimana aku berjuang mempertahankan hubungan ini? Sedangkan kamu hanya sibuk merindukan orang yang seharusnya kamu lupakan? Oke, dia yang merupakan bagian dari masa lalumu adalah seseorang yang begitu berjasa bagi kehidupanmu yang sekarang. Mungkin dia adalah sosok yang anggun, baik, dapat merubahmu menjadi dewasa, dan masih banyak yang lainnya. Tapi, apa perlu kamu mengingatnya setiap saat dan berharap dia kembali? Lalu, apa gunanya aku? Sayang, kamu adalah apa yang aku tulis. Tapi aku, aku bukan yang kamu baca, bukan pula yang kamu tulis. Sepertinya, kamu hanya menganggapku sebagai koran bekas yang sudah tidak menginspirasi lagi. Hanya berguna jika dijual, diloakkan. Sayang, semua perjuanganku akan berakhir dengan kata “sia-sia” jika kamu tidak mengapresiasinya. Aku selalu berusaha untuk tetap tinggal, mencoba memulihkan seluruh kepercayaanmu, agar aku terlihat kembali berharga dimatamu. Tapi semua sikapmu yang seolah acuh dan tidak peduli, seakan mendorongku untuk melawan arus niatku. Semoga usahaku untuk bertahan suatu saat akan terlihat oleh matamu, dan kamu akan menyadari siapa yang sebenarnya mau berjuang untukmu :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar