Jumat, 27 Juni 2014

Journey Of Love



             Semua kisah indah yang telah tercipta tidak pernah luput dari rentetan peristiwa menyedihkan di dalamnya. Begitu juga dengan kita.
Beberapa bulan ini kamu seakan menjadi nitrogen yang kadarnya mendominasi atmosfer dalam duniaku. Aku ingat pertama kalinya bertemu denganmu, terasa konyol karena kita saling mengenal hanya melalui sms. Hingga akhirnya kamu memberanikan diri untuk datang ke rumahku. Ya... walaupun kamu mengajak temanmu. Maklumlah, sama-sama masih kecil, masih ababil. Sejak itu kita semakin dekat, sudah sama-sama berani bilang sayang, tidak segan-segan memakai emot titik dua bintang. Tapi entah kenapa, pada saat itu kita tiba-tiba saja berpisah. Tanpa sebab yang jelas, kamu tiba-tiba menghilang. Sempat aku mencoba untuk menunggumu, tapi aku rasa itu sedikit percuma karena aku kira kamu sudah punya orang lain yang mampu mengindahkan harimu lebih dari aku.
                Takdir berkata lain. Saat aku menginjakkan kakiku di Kota Malang untuk melanjutkan studiku, aku kembali bertemu dengan kamu. Kamu yang dulu sempat mengisi hari-hariku, dan menceriakanku. Tidak tahu alasan konkretnya apa, tapi aku harus mengakui kalau kamu selalu punya tempat di hatiku ini. Selama apapun kita tidak bertemu, tapi saat kamu mencoba menghubungiku kembali, aku akan dengan senang hati meresponnya. Aku masih ingat, kamu menemuiku tepat di depan kampus. Hari itu terasa begitu sempurna,
kebahagiaanku begitu lengkap. Hari itu adalah hari pertama aku merasakan peranku sebagai mahasiswi, dan saat itu pula hari pertama aku bertemu denganmu setelah sekian lamanya kita saling memandang. Walaupun kita jarang bertemu, tapi aku masih mengingat betul bagaimana bentuk wajahmu. Kita masih malu-malu, agak canggung, mungkin efek lama tidak bertemu.
                Sejak pertemuan itu kita jadi semakin dekat, padahal saat itu aku sudah punya orang lain yang sebenarnya tengah mengisi hariku. Tapi auramu, tidak pernah bisa aku elakkan. Kamu seakan menjadi kelemahanku, di atas setiaku. Kamu mampu mengindahkan hari-hariku melebihi dia yang memang setiap hari selalu berlaku kasar kepadaku. Kamu yang selalu ada, sanggup membuatku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya. Hingga pada akhirnya, aku benar-benar meneguhkan hatiku untuk memilihmu, menjadi bagian dari hidupku. Ya... benar-benar bagian dari hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar