Fisika
adalah ilmu yang mempelajari benda-benda dan fenomena yang terkait dengan benda
tersebut. Untuk mendeskripsikan keadaan suatu benda atau suatu fenomena yang
terjadi pada benda,
maka digunakanlah besaran-besaran fisika (Sears, F.W., Zemansky, M.W.: 1994) Besaran-besaran fisika ini selalu memiliki nilai yang dapat dinyatakan dengan angka melalui proses pengukuran (Satriawan, Mirza: 2012).
maka digunakanlah besaran-besaran fisika (Sears, F.W., Zemansky, M.W.: 1994) Besaran-besaran fisika ini selalu memiliki nilai yang dapat dinyatakan dengan angka melalui proses pengukuran (Satriawan, Mirza: 2012).
Pengukuran
dalam fisika adalah membandingkan dua hal, dengan salah satunya menjadi pembanding
atau alat ukur yang besarnya harus distandarkan, bertujuan untuk mengatahui
kualitas atau kuantitas suatu besaran. (Giancoli, D.C. : 2013). Tidak
pengukuran yang mutlak tepat atau akurat, ini menunjukkan bahwa setiap hasil
pengukuran besaran pasti memiliki simpangan atau deviasi. Pengukuran yang tepat
dan presisi bergantung kepada manusia yang memiliki keterbatasan dalam metode
serta alat ukurnya.
Banyak
faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan hasil pengukuran, yang tidak semuanya
dapat dihindari. Misalnya jika pengolahan data yang tidak dikerjakan dengan
tepat. Maka, eksperimentator sangat membutuhkan pengetahuan tentang teori dan
statistik untuk mengetahui sejauh mana pengukurannya dapat dipercaya, kemudian
berusaha menghindari kesalahan dalam pengukuran semaksimal mungkin.
Eksperimentator harus mengetahui kesalahan yang tidak
mungkin dihindari, sehingga dalam menyajikan hasil pengukuran, harus pula
membuat taksiran tentang ketakpastian yang ada pada hasil pengukuran tersebut,
melaporkannya dengan jujur, sehingga hasil pengukuran dapat dinilai dan
dipercaya. Dalam pengukuran ilmiah, perlu sekali dapat mengestimasi ketepatan
pengukuran, sebab dengan demikian dapatlah diketahui manfaat hasil pengukuran
(Bueche, F.J.: 1989).
1
KETAKPASTIAN
HASIL PENGUKURAN
Pernyataan hasil
pengukuran bergantung pada cara melakukan pengukurannya dalam hal ini dibedakan
pengukuran tunggal dan pengukuran berulang.
1
Pengukuran
Tunggal
Pengukuran-pengukuran
lamanya benda mendingin, kecepatan komet, dan lain-lain, tidak
mungkin dilakukan lebih dari sekali. Oleh sebab itu pengukurannya mungkin
dilakukan hanya sekali. Di samping itu jika dilakukan pengukuran lebih dari
sekali, mungkin tidak menghasilkan nilai-nilai yang berbeda, misalnya alat yang
kasar dipakai untuk mengukur sesuatu yang halus. Oleh sebab itu ukuran
ketepatan suatu pengukuran tunggal ditentukan oleh alat yang digunakan. Dalam
hal ini hasil pengukuran dilaporkan sebagai :
(x + Δx)
dengan x menyatakan hasil
pengukuran tunggal dan Δx adalah setengah nilai skala terkecil alat
ukur. Misalnya hasil
pengukuran besaran panjang dengan mistar adalah (2,1 + 0,05) cm sebagai
interpretasi, ada kepastian (keyakinan) 100 %, bahwa nilai benar x0
berada di antara (x – Δx) dan (x + Δx).
2 Pengukuran
Berulang
Kiranya
kita patut bersikap kurang percaya terhadap hasil pengukuran tunggal. Makin
banyak pengukuran dilakukan, makin besarlah tingkat kepercayaan terhadap
hasilnya. Dengan melakukan pengukuran berulang diperoleh lebih banyak nilai benar
x0, sehingga nilai tersebut dapat didekati dengan teliti. Nilai benar
baru dapat diketahui bila dilakukan pengukuran yang tidak terbilang banyaknya,
tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan karena alatnya sudah rusak atau aus
sebelum pengukuran selesai dilakukan. Dengan demikian nilai benar tidak mungkin
dapat diketahui. Oleh sebab itu setiap pengukuran selalu menghadapi empat hal
berikut :
a. Berapa banyak pengukuran harus dilakukan ?
b. Nilai mana yang dipilih sebagai nilai terbaik, terdekat, dan
pengganti nilai benar ?
c. Berapa simpangan nilai terbaik itu dari nilai benar dan
bagaimana cara menentukan simpangan tersebut ?
d. Hubungan apakah
yang ada antara nilai terbaik dan tingkat kepercayaan di satu pihak, dengan
jumlah pengukuran yang dilakukan di pihak lain ?
Pada pengukuran berulang akan
dihasilkan nilai-nilai x yang disebut sampel suatu populasi
x0, yaitu x1,
x2, x3, . . . xn. Dari nilai-nilai x atau sampel
tersebut, manakah yang dipakai sebagai nilai
terbaik (x), dan berapa
ketakpastiannya (Δx) ? Nilai rata-rata sampel ( x ) dianggap
sebagai nilai
terbaik pengganti nilai populasi x0
yang tidak mungkin ditemukan dari pengukuran. Pada suatu
keyakinan tertentu, nilai benar
ada di dalam (x ± Δx). Menurut statistika (lihat gambar), x0
= x , yaitu
nilai rerata sampel (Kahar,M. : 2007)
arigatou gozaimasu nee-san ^^
BalasHapusayay! sama-sama ^^
BalasHapusdaftar pustaka nya mana ya
BalasHapusDapus Nya mana?
BalasHapus